Primataku yang Terlupakan
Kabut asap akibat kebakaran
hutan dan lahan di Kalimantan, tak hanya menimbulkan masalah bagi manusia,
melainkan juga bagi satwa liar. Pekatnya kabut asap membuat jadwal dan kegiatan
sekolah hutan terganggu. Salah satunya di Pusat Rehabilitasi Orang Utan Nyaru
Menteng, Kalimantan Tengah, provinsi dengan kondisi kebakaran terparah di
Kalimantan.
Sekolah hutan atau reintroduksi, merupakan proses
untuk menjaga perilaku adaptif orang utan dalam merespon dunia luar dan belajar
proses bertahan hidup di alam secara mandiri. Seperti sekolah pada manusia,
orang utan juga memiliki sekolah. Mulai dari Baby School yang berisikan
bayi-bayi orang utan, Forest School yang berisikan orang utan dewasa
serta The Island yang disebut sebagai Orang utan University
sebagai bagian akhir sebelum dilepas liarkan kembali.
Kegiatan sekolah hutan biasanya berlangsung sejak
pukul 7 pagi hingga pukul 3 sore. Orang utan sudah dikeluarkan dari kandang dan
dibawa ke sekolah. Biasanya, selepas keluar kandang, orang utan bergelantungan
di pohon. Namun kini, banyak yang tidak bergairah, karena terpapar kabut asap. Karena
kabut asap sangat tebal, dalam dua minggu terakhir ini. Enam belas bayi orang
utan tersebut terkena ISPA (infeksi saluran pernapasan atas). Mereka kini
menjalani perawatan intensif karena menderita ISPA. Kondisinya sangat lemah
sekali. Hidung ingusan. Batuk-batuk. Suhu badan mereka juga cukup tinggi,
antara 38 hingga 39 derajat celcius. Sehingga mengharuskan mereka tetap berada
di dalam ruangan.
Denny Kurniawan, Manager Program BOS(Borneo Orang
Utan Survival) menyebutkan, semua orang utan di pusat rehabilitasi itu berada
dalam pengawasan. Pihaknya berencana mengevakuasi orang utan tersebut namun
belum ditemukan lokasi yang tepat. Orang
utan yang terancam tidak hanya di Kalimantan Tengah. Di Kalimantan Timur,
kondisi serupa juga terjadi. Pihak BOS terpaksa harus mengevakuasi 200 individu
orang utan karena kebakaran hutan terjadi sangat dekat dengan Pusat
Rehabilitasi Orang utan Samboja Lestari, Kalimantan Timur.
Kebakaran hutan dan lahan yang
terjadi di Kalimantan membuat ruang gerak orang utan menjadi terbatas. Sejak
kabut asap yang dipicu kebakaran hutan dan lahan terjadi, orang utan juga
sering terlihat masuk pemukiman warga. Salah satunya di Desa Majalin di
Kecamatan Parenggean dan Desa Soren di Kecamatan Kota Besi, Kabupaten
Kotawaringin Timur (Kotim), Kalimantan Tengah.
Dalam laporan masyarakat ke
Pos Balai Konservasi Sumber Daya Alam (BKSDA) Kalteng, kedatangan pasukan
primata tersebut memang belum sampai mengganggu aktivitas dan merusak kebun
warga. Beberapa orang utan itu turun ke perkebunan hingga permukiman warga
untuk mencari makan dan bertahan hidup. Mereka terlihat memakan dedaunan di
atas pohon karena tidak ada lagi yang bisa dimakan. Jika dibiarkan, orang utan
dikhawatirkan mati kelaparan.Pemerintah masih berupaya memadamkan api yang
membakar hutan di Kalimantan dan Sumatera. Hingga hari Kamis, Satgas Udara yang
dibantu Australia, Malaysia dan Singapura mengerahkan delapan unit angkutan
udara, dengan total pengeboman lebih dari setengah juta ton air.
Daftar Pustaka
Azzam, Zulthan.2015. Orang Utan Terkena Dampak Kabut Asap dan Kebakaran Hutan. (online). (http://www.benarnews.org/ diakses tanggal 21 Oktober 2015).
Washarti, Rizki. 2015. Bayi orang utan sakit akibat asap kebakaran hutan. (online). (http:// http://www.bbc.com/indonesia/ diakses tanggal 21 Oktober 2015).
Komentar
Posting Komentar